Minggu, 22 Januari 2017

Dagang Itu Bicara Tentang Mental

*Dagang itu bukan perkara laku sedikit atau banyak..*

_Dagang itu bicara tentang mental.._

Mental bahwa dagang :
tak selalu laku,
tak selalu mulus..
kadang sepi pembeli..
kadang untung sedikit..
Seringkali juga rugi banyak..

Tapiii....
Seni berdagang tetaplah indah...

Saat laku...
```Rejeki itu derasnya sederas air hujan yang paling deraas...menguji pedagang untuk bersyukur dan tidak sombong serta tidak lalaikan kewajiban dari Allah```

*Tapiii...*
saat sepi...
```sepinya seperti kemarau yang kering, sekering kerontang...```

Juga hening..

Maka ia diuji dengan pedih dan sabar

Dan inilah yang mesti dijalani, bagaimana pun Allah menentukan takdir-Nya.
Dan yang harus terus diyakini adalah:

Inilah jalan nafkah,
yang terkandung berlimpah di dalamnya banyak berkah...

Inilah jalan nafkah,
yang bisa memperbanyak teman dan menambah kawan juga menjalin tali siraturrohim yang erat kpd karib kerabat serta menjalin ukhuwah dgn kawan seagama...

Inilah jalan nafkah,
Yang Rasul dan para Sahabat lakukan...

Inilah jalan nafkah,
Yang 9 pintunya terbuka..
Untuk mereka yang mau bersusah payah tanpa keluh kesah...

Dan juga yang mesti diingat..
Harta hasil dagang, bukanlah kekayaan apa yang bisa kita dapatkan...

Tapi...
Seberapa besar dari harta itu bisa bermanfaat untuk membahagiakan keluarga juga orang lain...baik miskin atau fakir

Karena kebahagiaan hakikatnya adalah disaat kita mampu membahagiakan keluarga dan orang lain yang membutuhkan...
dan juga meninggikan kalimat Allah dimuka bumi dari andil harta kita..

Semakin banyak uang yang kita kumpulkan, semakin banyak yang bisa kita amalkan... jika kita bukan tipe peliit atau dunia sebagai tujuannya..

(Meskipun bukan hanya dengan uang saja, kita bisa beramal sholeh)

Jadi...
Teruslah berdagang

Teruslah memburu omzet juga profit, tapi tentu tidak lupa ketika barang dagangan dan harta sampai nisab wajib berzakat...

Sedikit atau banyak hasil yang didapat itu tetap indah, karena itulah seni dalam berdagang...

ada rasa syukur tersendiri yg bisa mengalaminya hanya pedagang...

Suka maupun duka

*SELAMAT MENJADI PEDAGANG YANG PROFESIONAL & MENJADI MANFAAT UNTUK UMAT..SEMOGA TETAP SEMANGAT...*

Matur suwun ibu Rahma Yanti New
Jan 2017

Rabu, 11 Januari 2017

10 Pitutur Sunan Kalijaga

10 Filosofi Jawa, yang diajarkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga :

1. Urip Iku Urup
(Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik)

2. Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro
(Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

3. Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
(segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dgn sikap bijak, lembut hati dan sabar)

4. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho
(Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; Kaya tanpa didasari kebendaan)

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
(Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).

6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, ojo Kagetan, ojo Aleman
(Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).

7. Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
(Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).

8. Ojo Kuminter Mundak Keblinger, ojo Cidra Mundak Cilaka
(Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka).

9. Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
(Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).

10. Ojo Adigang, Adigung, Adiguno
(Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti)

Kamis, 05 Januari 2017

Kisah Khalifah Umar membahagiakan Rakyatnya

pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab. Sebagai pemimpin pada kala itu, Umar sangat terpukul melihat rakyatnya menderita kelaparan, bahkan Ia sampai menghukum dirinya sendiri karena takut mendapat hukuman dari Allah di akhirat kelak. Apa yang dilakukan Umar? Berikut ulasannya.

Pada masanya Umar merupakan pemimpin yang selalu khawatir akan kesejahteraan rakyatnya. Umar selalu memperhatikan rayatnya hingga ia  sering memantau kondisi rakyatnya pada malam hari, sehingga tidak ada satu orang  pun yang mengetahui. Dengan cara ini, Umar bisa tahu bagaimana kehidupan rakyat yang dipimpinnya.

Pada suatu ketika itu wiilayah yang dipimpin Umar mengalami peceklik panjang yang disebut dengan tahun Abu. Kondisi ini membuat pohon menjadi mengering, tanah tandus, dan hujan pun tidak kunjung datang sehingga tanah menjadi menghitam layaknya Abu.

Setiap hari Umar memerintahkan aparatnya untuk menyembelih onta dan membagikannya kepada rakyatnya. Hatinya semakin pedih ketika melihat banyak rakyatnya kelaparan. Ia bahkan sempat berdoa, “Ya Allah, jangan sampai umat Muhammad menemui kehancuran di tangan ku.”

Pada masa itu Umar menabukan makan daging, minyak samin, dan susu untuk perutnya sendiri. Hal ini dilakukan untuk memastikan makanan tersebut diberikan kepada rakyatnya. Dan tahukah anda apa yang Ia makan? Umar hanya makan sedikit roti dengan minyak zaitun. 

Namun perutnya kian bertambah panas dan berbunyi nyaring. Jika sudah demikian, Ia menabuhkan perutnya dengan jemari dan berkata, “Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap menjumpai minyak, sampai rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar.”

Pada suatu malam Umar mengadakan blusukan dengan sahabatnya yang bernama Aslam. Ia ingin mengetahui kehidupan rakyatnya. Umar khawatir jika ada hak-hak mereka yang belum ditunaikan oleh aparat pemerintahannya.

Sampailah Ia di suatu perkampungan kecil di wilayah Madinah. Saat melakukan perjalanan di kampung yang tandus tersebut, Umar menemukan tenda lusuh ditengah-tengah gurun tandus tersebut.

Dari dalam tenda Ia mendengar gadis kecil menangis yang tidak berhenti. Saat akan mendekati tenda itu, Umar terkaget karena melihat seorang wanita dewasa sedang duduk diperapian.  Wanita tersebut terlihat mengaduk-aduk bejana  di atas tungku api. Asap mengepul-ngepul dari panci itu, sementara si ibu terus saja mengaduk-aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang.

“Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam.

Mendengar salam Umar, ibu itu mendongakan kepala seraya menjawab salam Umar. Tapi setelah itu, ia kembali pada pekerjaannya mengaduk-aduk isi panci.

“Siapakah gerangan yang menangis di dalam itu?” tanya Umar. 

Dengan sedikit tak peduli, ibu itu menjawab, “Anakku….”

“Apakah ia sakit?”

“Tidak,” jawab si ibu lagi. “Ia kelaparan.”

Mendengar hal tersebut, Umar dan Aslam tertegun lama. Namun mereka tidak banyak bicara dan  tetap duduk di depan kemah sampai lebih dari satu jam memastikan Ibu tersebut memberikan masakannya kepada anaknya. Namun selama mereka disana gadis kecil di dalam tenda itu tidak berhenti menangis. Sedangkan ibunya terus mengaduk-aduk isi pancinya.

Karena begitu lama, Umar pun merasa tidak habis pikir dengan tindakan yang dilakukan wanita tersebut. Ia berpikir tentang apa yang sedang dimasak oleh ibu itu? karena sudah begitu lama tapi belum juga matang. Karena tak tahan, akhirnya Umar berkata, “Apa yang sedang kau masak, hai Ibu? Kenapa tidak matang-matang juga masakanmu itu?”

Ibu itu menoleh dan menjawab, “Hmmm, kau lihatlah sendiri!”

Umar dan Aslam segera menjenguk ke dalam panci tersebut. Alangkah kagetnya ketika mereka melihat apa yang ada di dalam panci tersebut. Sambil masih terbelalak tak percaya, Umar berteriak, “Apakah kau memasak batu?”

Perempuan itu menjawab dengan menganggukkan kepala.

“Buat apa?”

Namun jawaban ini sungguh membuat hati Umar tersayat-sayat dan sakit. Dengan suara lirih, perempuan itu kembali bersuara menjawab pertanyaan Umar.

“Aku memasak batu-batu ini untuk menghibur anakku. Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Ia tidak mau melihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi belum. Lihatlah aku. Aku seorang janda. Sejak dari pagi tadi, aku dan anakku belum makan apa-apa. Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika waktu berbuka kami mendapat rejeki. Namun ternyata tidak. Sesudah magrib tiba, makanan belum ada juga. Anakku terpaksa tidur dengan perut yang kosong. Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci dan kuisi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku, dengan harapan ia akan tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar ia bangun dan menangis minta makan.”

Ibu itu diam sejenak. Kemudian ia melanjutkan, “Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin. Ia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya.”

Perkataan tersebut membuat Aslam ingin menegur perempuan itu. Ia ingin menjelaskan bahwa perempuan ini tidak pantas menjelek-jelekan Umar sementara Umar kini sedang berada di hadapannya.

Namun Umar sempat mencegah Aslam dan dengan air mata yang berlinang Ia cepat-cepat pulang ke Madinah. Tanpa istirahat lagi, Umar segera memikul gandum di punggungnya, untuk diberikan kepada janda yang sengsara itu.

Karena Umar bin Khattab terlihat keletihan, Aslam berkata, “Wahai Amirul Mukminin, biarlah aku saya yang memikul karung itu….”

Dengan wajah merah padam, Umar menjawab sebat, “Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Engkau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau kira engkau akan mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?”

Jawaban ini membuat Aslam tertunduk. Ia masih berdiri mematung, ketika tersuruk-suruk Khalifah Umar bin Khattab berjuang memikul karung gandum itu.

Khalifah Umar segera mengajak keluarga miskin tersebut makan setelah masakannya matang. Melihat mereka bisa makan, hati Khalifah Umar terasa tenang. Makanan habis dan Khalifah Umar berpamitan. Dia juga meminta wanita tersebut menemui Khalifah keesokan harinya.

"Berkatalah yang baik-baik. Besok temuilah Amirul Mukminin dan kau bisa temui aku juga di sana. Insya Allah dia akan mencukupimu," kata Khalifah Umar.

Dan benar, keesokannya wanita tersebut menemui Amirul Mukminin. Ia begitu kaget melihat sosok Amirul Mukminin yang ternyata adalah orang yang telah memasakkan makanan untuk dia dan anaknya.

"Aku mohon maaf. Aku telah menyumpahi dengan kata-kata dzalim kepada engkau. Aku siap dihukum," kata wanita itu.

"Ibu tidak bersalah, akulah yang bersalah. Aku berdosa membiarkan seorang ibu dan anak kelaparan di wilayah kekuasaanku. Bagaimana aku mempertanggungjawabkan ini di hadapan Allah? Maafkan aku, ibu," kata Khalifah Umar.

Sejatinya seorang pemimpin harus dan wajib berempati kepada nasib rakyatnya. Bahkan seorang pemimpin yang baik, harus memastikan semua rakyatnya kenyang terlebih dahulu sebelum dia makan sesuatu

Selasa, 03 Januari 2017

Pitutur Sunan Bonang

Semoga bisa menjadi motivasi dalam menjalani kehidupan:
PITUTUR BANI JAWA
(Ilmu dari Sunan Bonang)

Rejeki iku ora iså
ditiru..
       REJEKI ITU TIDAK BISA
       DITIRU..
Senajan pådå lakumu
       WALAU SAMA  
       JALANMU
Senajan pådå dodol anmu,
        WALAU SAMA
        JUALANMU
Senajan pådå nyambut gawemu.
          WALAU SAMA
          PEKERJAANMU...
Kasil sing ditåmpå bakal bedå2....,
          HASIL YANG
          DITERIMA AKAN
          LAIN²
Iså bedå nèng akèhé båndhå,
         BISA LAIN DALAM
         HARTA
Iså ugå ånå nèng Råså lan Ayemé ati,
Yåaa iku sing jenengé bahagia....
       BISA LAIN DALAM
       RASA BAHAGIA DAN
       KETENTERAMAN HATI
Kabèh iku såkå tresnané Gusti kang måhå kuwåså.....,
     SEMUA ITU ATAS
     KASIH DARI YANG
     MAHA KUASA
Såpå temen bakal tinemu,
     BARANG SIAPA BER-
     SUNGGUH² AKAN
     MENEMUKAN

Såpå wani rekåså bakal nggayuh mulyå.
     BARANG SIAPA BERANI
     BERSUSAH PAYAH
     AKAN MENEMUKAN
     KEMULIAAN

Dudu akèhé, nanging berkahé kang dadèkaké cukup lan nyukupi.....
     BUKAN BANYAKNYA
     MELAINKAN BERKAH
     NYA YANG MENJADIKAN
     CUKUP DAN
     MENCUKUPI

Wis ginaris nèng takdiré menungså yèn åpå sing urip kuwi wis disangoni såkå sing kuwåså.
      SUDAH DIGARISKAN
      OLEH TAKDIR BAHWA
      SEMUA YANG HIDUP
      ITU SUDAH DIBERI
      BEKAL OLEH YANG
      MAHA KUASA
Dalan urip lan pangané wis cemepak cedhak kåyå angin sing disedhot bendinané....,
     JALAN HIDUP
     DAN REJEKI SUDAH
     TERSEDIA.. DEKAT..
     SEPERTI HAWA YANG
     KITA HIRUP SETIAP
     HARI
Nanging kadhang menungså sulap måtå lan peteng atiné, sing adoh såkå awaké katon padhang cemlorot ngawé-awé,
Nanging sing cedhak nèng ngarepé lan dadi tanggung jawabé disiå-siå kåyå orå duwé gunå
     TETAPI KADANG
      MANUSIA SILAU MATA
      DAN GELAP HATI
      YANG JAUH KELIHATAN
      BERKILAU DAN
      MENARIK HATI.. TETAPI
      YANG DEKAT
      DI DEPANNYA DAN
      MENJADI TANGGUNG
      JAWABNYA DISIA SIA
      KAN SEPERTI TAK ADA GUNA

Rejeki iku wis cemepak såkå Gusti, ora bakal kurang anané kanggo nyukupi butuhé menungså såkå lair tekané pati....,
     REJEKI ITU SUDAH
     DISEDIAKAN OLEH
     TUHAN, TIDAK BAKAL
     BERKURANG UNTUK
     MENCUKUPI
     KEBUTUHAN MANUSIA
     DARI LAHIR SAMPAI MATI
    
Nanging yèn kanggo nuruti karep menungså sing ora ånå watesé, rasané kabèh cupet, nèng pikiran ruwet, lan atiné marahi bundhet.
     TETAPI KALAU
     MENURUTI KEMAUAN
     MANUSIA YANG TIDAK ADA
     BATASNYA, SEMUA
     DIRASA KURANG
  
     MEMBUAT RUWET DI HATI       
     DAN PIKIRAN

Welingé wong tuwå, åpå sing ånå dilakoni lan åpå sing durung ånå åjå diarep-arep, semèlèhké atimu, yèn wis dadi duwèkmu bakal tinemu, yèn ora jatahmu, åpå maneh kok ngrebut såkå wong liyå nganggo cårå sing ålå, yå  waé, iku bakal gawé uripmu lårå, rekåså lan angkårå murkå sak jeroning kaluwargå, kabeh iku bakal sirnå balik dadi sakmestiné.
     PETUAH ORANG TUA,
     JALANILAH APA YANG
     ADA DI DEPAN MATA
     DAN JANGAN MELIHAT
     YANG BELUM ADA
     KALAU MEMANG
     MILIKMU AKAN  
     KETEMU.. KALAU
     BUKAN JATAHMU..
     APALAGI SAMPAI
     MEREBUT MILIK ORANG
     MEMAKAI CÀRA TIDAK
     BAIK, ITU AKAN
     MEMBUAT HIDUPMU
     MERANA, SENGSARA
     DAN ANGKARA MURKA

Yèn umpåmå ayem iku mung biså dituku karo akèhé båndhå dahnå rekasané dadi wong sing ora duwé.
     SEUMPAMA
     KETENTERAMAN ITU
     BISA DIBELI DENGAN
     HÀRTA, ALANGKAH
     SENGSARANYA ORANG
     YANG TIDAK PUNYÀ

Untungé ayem isà diduwèni såpå waé sing gelem ngleremké atiné ing bab kadonyan, seneng tetulung marang liyan, lan pasrahké uripé marang GUSTI KANG MURBENG DUMADI…

     UNTUNGNYA,
     KETENTERAMAN BISA
     DIMILIKI OLEH SIAPA
     SAJA YANG TIDAK
     MENGAGUNGKAN
     KEDUNIAWIAN, SUKA
     MENOLONG ORANG
     LAIN DAN
     MENYERAHKAN
     HIDUPNYA KEPADA
     TUHAN SANG
     PENCIPTA.....                    "ELING LAN WASPODO" 🙏🙏🙏